Sabtu, 27 Juni 2015

Yang tidak ingin surga

Siapa yang tidak ingin sorga? Ketika diberipertanyaan demikian para shahabat saling melihat kemudian bertanya pada Rasul "ya rasul apa ada yang tidak ingin sorga?" Jawab rosul ada yaitu orang yang tidak mau mengikuti sunahku

PERANMU, SURGAMU

Ustz. Poppy Yuditya
Kuliah Akademi Orangtua Parenting Nabawiyah
Sabtu 20 Juni 2015

⭐ Peran muslimah
Berapa jumlah perempuan disebut dlm Al Qur'an? Semua tercakup dr zaman Nabi Adam sampai akhir zaman. Ternyata hanya 20 yg disebut secara dzahir. Dari 20 tsb ternyata Allah hanya menyebut 1 nama saja, yakni Maryam. 19 lainnya tak disebutkan.

Mengapa?
Krn akhlaqnya paling sempurna dan bisa jd hanya Maryam yg terbebas dari aib.
Ini bukan berarti yg lain tidak mulia, namun Allah jaga aib mereka.

⭐ Perempuan dlm Al Qur'an :
1⃣ Belum menikah
Maryam, Ratu Balqis, 2 perempuan yg bertemu Nabi Musa, sdr perempuan nabi Musa,
2⃣ Sdh menikah
Hawa, istri Nuh, istri Luth, Sarah, Hajar, Zulaikha, Asiyah, Istri Imron, istri Zakaria, Hafsah, Aisyah, Zainab, istri abu Lahab, Khaulah binti Tsa'labah
3⃣ Ibu
Hawa, Sarah, ibunda musa, istri imron, istri Zakaria, Maryam

⭐ seringkali qt berpikir bahwa kita bs mendapatkan surga krn mendidik anak. Bgmn kalau kita blm punya anak?

Hipotesis ini tdk selalu tepat. Lihat perbandingannya : dalam Al Qur'an yang terbanyak dibahas adalah peran istri, yakni sebanyak 54%. Muslimah sbg pribadi 19% dan sbg ibu 27%.
Peran istri menempati porsi paling besar peran perempuan yang disebutkan Allah dalam Al Qur'an.

⭐ maka kita tersadar kembali akan makna hadits ini...
“Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad)

⭐ Kita berjuang keras utk menjadi ibu terbaik bagi anak2... Namun, simak hadits ini..

" … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.
Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?”
Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ”
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)

⭐ meski kita sering gondok dan kesal pd suami..tapi ingat2 bahwa ini smua utk keridhoan Allah.

Wanita surga tdk berpikir siapa yang salah..ia hanya berkata seperti dlm hadits berikut,

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?”
Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!”
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”
(HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash Shaghir. Lihat Ash Shahihah)

⭐ sangat jarang malaikat melaknat manusia, kecuali untuk urusan "kasur". Beware...❗

⭐ seberat apapun..setiap peran yang ditetapkan Allah adalah untuk kebaikan kita. Tidak ringan, tetapi ada kebaikan jangka panjang yg Allah berikan.

⭐ jika anak2 melawan pd kita, tidak menurut dsb, jangan berpikir "anak ini harus diapakan".
1. Tanya dulu pd diri sendiri, apakah sdh melakukan atau belum. Misal kita bingung bgmn agar anak mau menghafal Qur'an. Sebelumnya, apakah kita sdh menghafal juga?
2. Cek, bagaimana ketaatan kita pada suami
3. Periksa, bagaimana sholatmu? Bagaimana doamu?

Kesuksesan mendidik anak bukan krn teori parenting, tips2 mendidik anak dsb. Tapi krn Allah ridho.
So yg harus menjadi concern kita adlh bgmn membuat Allah ridho. Krn jika Allah ridho, Ia memberi segala yang kita inginkan.

⭐ Standar perempuan shalihah itu seperti perempuan2 shalihah yg tersebut dalam Al Qur'an.

⭐ kerangka taat dan menunaikan kewajiban/kebaikan pd suami adalah untuk mendapatkan ridho Allah. Apakah setelahnya suami semakin sayang dan cinta, itu hanyalah bonusnya

Penuhi inventory kepala kita dengan profil dan kisah2 istri shalihah.

⭐ Kisah 2 perempuan yang bertemu nabi Musa adlh kisah ttg perempuan bekerja. Mrk bekerja krn menggantikan ayahnya yg sedang sakit. >> wanita harus punya alasan untuk bekerja. Dan jika bekerja, tidak ikhtilat (misal dinas luar dg rekan lawan jenis).

⭐Ratu Balqis : pemimpin Negeri Saba'
➡ meninggalkan kesombongan dan mudah menerima kebenaran

⭐ Ibunda Musa : rela berkorban untuk keselamatan anaknya (Nabi Musa)

⭐ kisah saudara perempuan nabi Musa : mengikuti peti Nabi Musa yang dihanyutkan di sungai Nil
➡ menggambarkan sosok perempuan yg pintar, mampu bernegosiasi dan amanah.

⭐Hawa berkhianat krn membujuk suaminya makan buah khuldi. Namun Hawa masuk surga krn ia bertaubat.
➡ hati2 dengan bisik2 kita pd suami, krn bisa sangat mempengaruhinya.

⭐ Istri Nuh : tidak percaya pd suaminya saat ia membuat perahu, menjelekkan suami di depan anak2nya. Beware❗

⭐ Istri  Luth : melanggar amanah suami. Beware❗

⭐ Sarah : wanita yg sangat berharap punya anak. Jika ada keinginan dlm diri kita untuk tidak memiliki anak (lagi), jangan2 ada yg bermasalah dg fitrah kita.

⭐ Hajar : ibu menyusui, tdk tahu mau kemana saat bersama Nabi Ibrahim, ditinggal sendirian entah dimana, dsb, namun tidak banyak bertanya.
➡ jangan jadi ibu2 rempong
➡ nabi Ibrahim hanya menjawab singkat2 saat Hajar bertanya. Sbg manusia biasa, mungkin Ibrahim mau menjelaskan, tapi beliau sendiri tidak tahu apa jawabannya.
Para suami seringkali semakin bingung dengan pertanyaan2 kita. Yang dilakukan Khadijah saat Nabi bingung adalah menenangkannya, membawanya ke tempat tidur dan menyelimutinya. Bukan memborbardirnya dengan pertanyaan2
▶ Hajar berlari bolak-balik antara Shafa-Marwah, pada posisi yang masih bisa mengawasi bayi Ismail.
Hikmahnya adalah jika ibu bekerja, pastikan pandangan mata tetap dapat terjaga pada anak2 kita. 10 tahun pertama adalah fase sangat penting dalam menumbuhkan tauhid anak.

⭐ Zulaikha : terpesona kerupawanan Nabi Yusuf dan menggodanya
➡ jangan merasa aman dari fitnah selingkuh. tetap jaga diri dan mohon perlindungan Allah.

⭐ Asiyah istri Fir'aun :
➡ kita tidak menanggung dosa suami, namun suami bertanggung jawab atas kita.
Maka permudahlah, permudahlah suami kita.
Jika suami kita zhalim, kita tetap bisa masuk surga. Tapi mungkin saja suami terganjal masuk surga karena kita.

⭐istri Zakaria : istri mandul yg dapat memiliki anak dgn seijin  Allah

⭐ Aisyah : difitnah, lalu minta ijin pada Nabi untuk keluar ke rumah ortunya.
➡ saat mendapat fitnah, kita jangan terburu2 mengklarifikasi karena bisa saja isunya menjadi bola panas. Tenangkan diri dulu.

⭐  istri Abu Lahab : mengompori suami dlm kejahatan
➡ dukunglah suami dlm kebaikan, bukan dlm kejahatan

⭐ Zainab : bercerai krn suami tdk mampu menaikkan dirinya, dan istri tdk menurunkan dirinya, pdhl keduanya adalah org yg sholeh.
➡ pernikahan yg tdk bisa dipaksakan krn sudah diusahakan untuk setara tetap sulit sekali
➡ tinggikan suami di hadapan anak2, jangan pernah menjelekkan

⭐ Istri imron : banyak berdoa selama mengandung agar dikaruniai anak yg sholeh dan menazarkannya untuk Allah

✨ Menarik, rupanya dari semua perempuan yang disebut dalam Qur'an, tdk ada tentang wanita yang sangat menginginkan punya suami. Tidak ada keyakinan bahwa letak kebahagiaan adlh dg memiliki suami. Simak kisah Maryam, Balqis dll. Mereka tetap bahagia meski tidak berpendamping.

✨ jangan habiskan waktu berlebihan untuk pekerjaan2 rumah tangga. Memasak sampai 5 jam, menyetrika terlalu perfect dsb.
Krn kita juga punya kewajiban belajar dan berkarya (tilawah, baca kitab, baca buku dll). Permudah pekerjaan, didik anak2 untuk mandiri.

✨ Gak usah iri sama suami. Berbuat saja yang Lillah, yg terbaik untuk Allah.
Buatlah suami merasa tenteram (QS. Ar rum 21). ▶ note : cek lagi profil istri "setenang malam" dari kajian tafsir bersama ust.Herfi

✨ Kita tdk akan ditanya ttg berapa uang kita untuk membantu suami, tp ditanya ttg rumah suami kita.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan WANITA adalah penanggung jawab terhadap RUMAH SUAMINYA dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
>> bebas najis/tidak, rapi/tidak dll

⭐ perhatikan PRIORITAS dalam menjalankan peran kita :
1. Ilmu vs Amal
2. Wajib vs Sunnah
3. Quality vs Quantity

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”. (QS. An Nisa : 9)

-end-
✏ diresume oleh : Indra Fathiana

TERNYATA JENDERAL SUDIRMAN PAKAI JIMAT !!

(Jenderal Sudirman Belum Pernah Ditangkap Penjajah Belanda & PKI Karena Pakai “Jimat”)

Pemerhati Komunisme, KH Muh Jazir mengungkapkan bahwa diantara para pejuang dan pahlawan nasional yang belum pernah ditangkap oleh penjajah Belanda, Inggris dan juga PKI atau kelompok Komunis pada zaman revolusioner adalah Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Bahkan beberapa kali para petinggi penjajah Belanda, Inggris dan juga PKI mengeluarkan keputusan dan mengerahkan pasukan untuk menangkap Jenderal Sudirman hingga terkepung, mereka tidak juga bisa menangkap Jenderal Sudirman.

Hal ini dikatakan KH Jazir saat menjadi pemateri dalam tabligh akbar “Mencerdaskan Umat dari Bahaya Komunis” di Masjid Jami’ Wedi Klaten pada Ahad (31/5/2015) malam.

Dengan fenomena tersebut, orang-orang yang memanggul Jenderal Sudirman, seperti Suparjo Rustam, Tjokro Pranolo sampai kaget dan terheran-heran. Sebab, pada saat itu Jenderal Sudirman sedang dalam kondisi sakit.

“Bahkan pada waktu Jenderal Sudirman dikepung oleh tentara Inggris di sekitar Jambu (Temanggung –red) dan Ambarawa (Magelang –red), disitu kan ada sebuah pegunungan dan Jenderal Sudirman beserta pasukannya ada ditengah-tengah, tapi nyatanya Jenderal Sudirman bisa lolos dari pengepungan,” ungkap KH Jazir.

Aktivis senior di Kota Yogyakarta (Jogja) ini menambahkan, hingga pada suatu saat, para pejuang yang setia mendampingi Jenderal Sudirman dan yang memanggung pria yang disebut oleh pasukannya dengan nama “Mas Kyai” itu bertanya, “jimat” apa yang dipakai oleh Jenderal Sudirman.

“Bahkan sampai herannya, Suparjo Roestam dan yang lainnya yang memanggul Jenderal Sudirman ini bertanya. Sebenarnya jimat apa yang dipakai Mas Kyai ini sehingga selalu lolos dan tidak bisa ditangkap oleh Belanda dan PKI.

Lalu dengan senyum kecil, Jenderal Sudirman menjawab, iya, saya memang pakai jimat,” ujarnya.

“Dan jimat saya adalah, saya berperang selalu dalam keadaan wudhu".

Jadi yang pertama Jenderal Sudirman itu selalu bersuci sebelum memulai peperangan. Makanya, kalau kita menyusuri jejak perjuangan dan pemberhentian pasukan Jenderal Sudirman, disitu kita akan mendapati adanya sebuah
padasan (semacam gentong atau tempat air yang terbuat dari tanah liat –red), dan padasan itu fungsinya adalah untuk berwudhu Jenderal Sudirman,” jelas KH Jazir.

“Kemudian yang kedua, jimat Jenderal Sudirman adalah sholat di awal waktu.
Jadi dalam kondisi apapun, meskipun sedang pecah perang, Jenderal Sudirman tidak pernah meninggalkan sholat wajib diawal waktu,” imbuhnya.

Dan yang ketiga, Jenderal Sudirman berkata bahwa "aku mencintai rakyatku sepenuh hati".

Bahkan jika Jenderal Sudirman membawa perbekalan makanan disaat perang, lalu singgah disuatu tempat, maka para pasukannya itu disuruh memberikan makanan itu kepada warga terlebih dahulu,” ucapnya.

✅ Selalu dalam keadaan berwudhu, shalat di awal waktu dan mencintai rakyat tanpa pamrih sepenuh hati.

Maa sya-a Allah...

Jumat, 26 Juni 2015

R U M A H    K I T A (oleh: Cak Nun)


Kita bukan penduduk bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Kita tidak berasal dari bumi,
tapi kita berasal dari syurga.
Maka carilah bekal untuk kembali ke rumah,
kembali ke kampung halaman.
Dunia bukan rumah kita,
maka jangan cari kesenangan dunia.
Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali kerumahnya.
Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya yang menunggu di rumah?
Lantas, apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita, Rabb yang mulia?
Dia hanya meminta amal sholeh dan keimanan, serta rasa rindu padaNya yang menanti di rumah.
Begitu beratkah memenuhi harapanNya?
Kita tidak berasal dari bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Rumah kita jauh lebih Indah di sana.
Kenikmatannya tiada terlukiskan,
dihuni oleh orang-orang yang mencintai kita.
Ada istri/ suami sholeha/ sholeh serta tetangga dan kerabat yang menyejukkan hati.
Mereka rindu kehadiran kita,
setiap saat menatap menanti kedatangan kita.
Mereka menanti kabar baik dari Malaikat Izrail.
Kapan Keluarga mereka akan pulang.
Ikutilah peta (kitab suci) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan.
Jangan sampai salah arah dan berbelok ke rumahnya iblis Laknatullah yaitu neraka
Kita bukan penduduk bumi,
kita penduduk syurga.
Bumi hanyalah perjalanan.
Kembalilah ke rumah.

Kamis, 25 Juni 2015

Kisah bilal

Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi.

Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: "Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi."

Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: "Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?"

Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah.

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.

Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal: "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami."

Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal
untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu.

Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup.

Mulailah dia mengumandangkan adzan.

Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.

Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.

Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.

...
Subhanallah... kisah diatas ini mampu mencampur adukkan perasaan kita.
Mampu membuat kita menitikkan airmata tanda kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, sebagaimana cinta kita pula kepada ummat Muhammad.
Itulah pentingnya ukhuwah...
karena ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Sabtu, 20 Juni 2015

Menghormati yang tidak berpuasa

12 tahun silam, saat saya baru lulus kuliah, saya sudah menemukan konsep baru yang sangat membingungkan ini: Orang2 berpuasa diminta menghormati orang2 yang tidak berpuasa. Maka, saat ramadhan datang, apa salahnya jika tempat2 hiburan tetap buka, rumah makan tetap beroperasi penuh, dsbgnya. Apa salahnya jika klub malam tetap beroperasi. Toh, mereka juga mencari makan, nafkah dari bisnis mereka.

Saya membaca tulisan itu di milist (jaman itu belum ada media sosial). Saya masih muda, masih tidak berpengalaman. Saat membaca tulisan tersebut, aduhai, isinya masuk akal sekali. Benar loh, kan kita berpuasa itu disuruh menahan diri, agar jadi lebih baik, masa' kita akan tergoda saat melihat warung buka, masa' kita akan tergoda saat melihat tempat hiburan ada di mana2?

Full beroperasi. Kalau masih, berarti puasa kita nggak oke. Itu logika yang masuk akal sekali.

Tapi saya bersyukur, saya tidak pernah membiarkan "logika" sendirian saat menentukan prinsip2 yang akan saya gigit.

Saya selalu memberikan kesempatan mendengarkan pendapat lain.

Baik. Itu mungkin masuk akal, orang2 berpuasa disuruh menghormati orang2 tidak berpuasa, tapi di mana poinnya?

Apakah orang2 yang berpuasa mengganggu kemaslahatan hidup orang2 tidak berpuasa?

Apakah orang2 berpuasa ini punya potensi merusak? Sehingga harus ada tulisan, himbauan, pernyataan: kalian yang puasa, hormatilah orang yang tidak berpuasa.

No way, man, itu logika yang bablas sekali. Saya tahu, ada banyak razia penuh kekerasan dilakukan kelompok tertentu atas tempat2 hiburan, warung2, dll.

Tapi itu bukan cerminan kelompok besar muslim di negeri ini. Kelompok besarnya, bahkan tidak suka dengan cara2 penuh kekerasan ini, pun tidak suka dengan kelompok ini.

Lantas siapa yang seharusnya menghormati?

Default dalam situasi ini adalah: ingatlah baik2, ramadhan itu sudah ribuan tahun usianya, 1.434 tahun tepatnya. Bahkan perintah shaum, itu hampir seusia manusia di bumi ini, agama2 terdahulu juga memilikinya.

Kalau itu sebuah tradisi, maka dia lebih tua dibanding tradisi apapun yang kalian kenal, silahkan sebut tradisinya, puasa lebih tua. Maka, tidak pantas, manusia yang usianya paling rata2 hanya 60 tahun, tiba2 mengkritisi puasa, memandangnya sebagai sesuatu yang artifisial, tidak penting, dsbgnya. Ramadhan adalah bulan paling penting dalam agama Islam, jelas sekali posisinya.

Sama dengan sebuah komplek, itu komplek sudah 1.434 tahun punya tradisi tidak boleh memelihara hewan peliharaan. Kemudian datanglah keluarga baru, membawa hewan yang berisik sekali setiap malam.

Siapa yang disuruh menghormati?

Wow, warga satu komplek yang disuruh menghormati keluarga dengan hewan berisik?

Demi alasan egaliter, HAM, kesetaraan, kebebasan, dan omong kosong lainnya. Kalian tahu, ketika orang2 tidak punya argumen substantif dalam hidup ini, maka senjata mereka memang hanya itu: kebebasan.

Amunisi paling mudah saat melawan agama adalah: kebebasan. Hingga lupa, siapa sih yang over sekali menyikapi situasi ini?

Karena sejatinya, tidak ada pula yang menyuruh warung2 full tutup, warung2 makan cukup diberikan tirai saat bulan Ramadhan, semua baik2 saja. Itu lebih dari cukup.

Lantas soal klub malam? Diskotik? Tempat2 menjual minuman keras? Kalian punya 11 bulan untuk melakukannya, diminta libur sebulan, apa susahnya? 11 bulan orang lain menghormati kalian melakukannya, maka tiba giliran 1 bulan, apa susahnya mengalah?
Tidak perlu sampai ribut, sampai berantem, sampai dirazia, cukup kesadaran diri saja. Tidak ada yang meminta kalian tutup 12 bulan.

Kusutnya masalah ini, kadang yang mengotot sekali justeru sebenarnya beragam Islam. Orang2 yang beragama lain, sudah otomatis menyesuaikan diri. Saya punya banyak teman2 non Islam, saat mereka makan siang, mereka dengan sangat respek minta ijin, bisa menempatkan diri dengan baik. Hampir semua agama itu punya ibadah yang harus dihormati. Di Bali misalnya, saat Nyepi, mau agama apapun, semua orang diminta menghormati Nyepi. Tidak ada alasan: kebebasan, boleh dong saya hura2 saat Nyepi.

Saya tahu, silahkan

100 Wisdom of Muhammadiyah

#RamadhanDay

K.H. AR. Fachruddin, ketika dalam sebuah pengajian Ramadhan ditanya: mengapa manusia banyak yang berbuat dosa, padahal setan2 dibelenggu selama bulan Ramadhan..??

Beliau menjawab:

"Ya, itulah manusia... banyak yang lemah iman. Dengan setan dibelenggu saja kalah. Apalagi melawan setan lepas-lepasan."

[]

Kajian

Wasiat/Pesan dr Ulama Palestina Syaikh Muhammad Ali M.Nafi untuk Karyawan/Karyawati RSIY PDHI. Di acara kajian sabtu Ramadhan. 20 juni 2015

Bismillaahirrohmanirrohim.
"Saya Berpesan kpd kalian  :
1. Agar selalu bertakwa kepada Alloh SWT.(mentaati-Nya)
2. Agar selalu menjaga Hijabnya (Jilbab)
3. Agar selalu membaca Al-Qur’an
4. Agar selalu menjaga keluarganya
5. Agar selalu menyiarkan dakwah kpd agama Alloh (Islam)

Kita memohon kepada Alloh SWT. Semoga Alloh menghimpun kita semua ditempat yang penuh Rahmat & menjadikan kita semua bersaudara kembali di surga. Amiin.

Kamis, 18 Juni 2015

“KHUTBAH  RASULULLAH SALALLAHI 'ALAIHI WASALAM MENYAMBUT BULAN RAMADHAN"

Wahai manusia!

Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa
berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah.
Hari-harinya adalah hari-hari yang
paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama

”Inilah bulan ketika kalian diundang
menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah

"Bermohonlah kepada Allah Rabbmu
dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan puasa dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang
agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat

"Bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu,
tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya

"Kasihilah anak-anak yatim, niscaya
dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih;
Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya

”Wahai manusia!

Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar.
Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah
dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin

”Wahai manusia!

Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.

(Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”
Rasulullah meneruskan (khutbahnya)
“Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air

”Wahai manusia!

Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
”Siapa saja yang meringankan
pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat
”Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya
”Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada
hari ia berjumpa dengan-Nya
”Barang siapa menyambungkan tali
persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya
”Barangsiapa melakukan shalat sunnah di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.
Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan
”Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain

"Wahai manusia!

Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu.
Pintu-pintu neraka tertutup, maka
mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.”

Sebelum Rasul Saw menutup Khutbahnya,
Amirul mukminin Ali Bin Abu Thalib as yang meriwayatkan haidts ini berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama di bulan ini?”
Jawab Nabi SAW: “Ya Abal Hasan! (Ali). Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Selasa, 16 Juni 2015

Menjelang Ramadhan

��������������������

Sebentar lagi Ramadhan, saya ingin mengirim buah-buahan untuk anda sekalian;
��1. Markisa : Mari Kita Sabar
��2. Stroberi : Selalu Introspeksi,Belajar Rendah Hati
��3. Salak : Selalu Baik Dalam Bertindak
��4. Jeruk : Janganlah Berbuat Buruk
��5. Pisang : Pantang Iri, Sombong dan Angkuh
��6. Anggur : Ayo Gemar Bersyukur
��7. Melon : Menolong Orang Lain
��8. Tomat : Tobat Sebelum Kiamat 
��9. Talas : Tak Ada Kata Malas
��10. Mentimun : Menuntut Ilmu, Tidak Banyak Melamun

Marhaban ya Ramadhan. Selamat datang Ramadhan. Mohon maaf lahir bathin.����

Berkata Jujur

Semoga ini berguna.

"Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur?"

Kemarin lalu, saya mengunjungi salah seorang kerabat yang sepuh. Umurnya sudah 93 tahun. Beliau adalah veteran perang kemerdekaan, seorang pejuang yang shalih serta pekerja keras. Kebiasaan beliau yang begitu hebat di usia yang memasuki 93 tahun ini, beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid untuk Maghrib, Isya dan Shubuh.

beliau mulai menua dan tidak mampu bangun dari tempat tidurnya sejak dua bulan lalu. Sekarang beliau hanya terbaring di rumah dengan ditemani anak-anak beliau. Kesadarannya mulai menghilang. Beliau mulai hidup di fase antara dunia nyata dan impian. Sering menggigau dan berkata dalam tidur, kesehariannya dihabiskan dalam kondisi tidur dan kepayahan.

Anak-anak beliau diajari dengan cukup baik oleh sang ayah. Mereka terjaga ibadahnya, berpenghasilan lumayan, dan akrab serta dekat. Ketika sang ayah sakit, mereka pun bergantian menjaganya demi berbakti kepada orangtua.

Namun ada beberapa kisah yang mengiris hati; kejadian jujur dan polos yang terjadi dan saya tuturkan kembali agar kita bisa mengambil hikmahnya.

Terkisah, suatu hari di malam lebaran, sang ayah dibawa ke rumah sakit karena menderita sesak nafas. Malam itu, sang anak yang kerja di luar kota dan baru saja sampai bersikeras menjaga sang ayah di kamar sendirian. Beliau duduk di bangku sebelah ranjang. Tengah malam, beliau dikejutkan dengan pertanyaan sang ayah,

"Apa kabar, pak Rahman? Mengapa beliau tidak mengunjungi saya yang sedang sakit?" tanya sang ayah dalam igauannya.

Sang anak menjawab, "Pak Rahman sakit juga, Ayah. Beliau tidak mampu bangun dari tidurnya." Dia mengenal Pak Rahman sebagai salah seorang jamaah tetap di masjid.

"Oh...lalu, kamu siapa? Anak Pak Rahman, ya?" tanya ayahnya kembali.

"Bukan, Ayah. Ini saya, Zaid, anak ayah ke tiga."

"Ah, mana mungkin engkau Zaid? Zaid itu sibuk! Saya bayar pun, dia tidak mungkin mau menunggu saya di sini. Dalam pikirannya, kehadirannya cukup digantikan dengan uang," ucap sang ayah masih dalam keadaan setengah sadar.

Sang anak tidak dapat berkata apa-apa lagi. Air mata menetes dan emosinya terguncang. Zaid sejatinya adalah seorang anak yang begitu peduli dengan orangtua. Sayangnya, beliau kerja di luar kota. Jadi, bila dalam keadaan sakit yang tidak begitu berat, biasanya dia menunda kepulangan dan memilih membantu dengan mengirimkan dana saja kepada ibunya. Paling yang bisa dilakukan adalah menelepon ibu dan ayah serta menanyakan kabarnya. Tidak pernah disangka, keputusannya itu menimbulkan bekas dalam hati sang ayah.

Kali yang lain, sang ayah di tengah malam batuk-batuk hebat. Sang anak berusaha membantu sang ayah dengan mengoleskan minyak angin di dadanya sembari memijit lembut. Namun, dengan segera, tangan sang anak ditepis.

"Ini bukan tangan istriku. Mana istriku?" tanya sang ayah.

"Ini kami, Yah. Anakmu." jawab anak-anak.

"Tangan kalian kasar dan keras. Pindahkan tangan kalian! Mana ibu kalian? Biarkan ibu berada di sampingku. Kalian selesaikan saja kesibukan kalian seperti yang lalu-lalu."

Dua bulan yang lalu, sebelum ayah jatuh sakit, tidak pernah sekalipun ayah mengeluh dan berkata seperti itu. Bila sang anak ditanyakan kapan pulang dan sang anak berkata sibuk dengan pekerjaannya, sang ayah hanya menjawab dengan jawaban yang sama.

"Pulanglah kapan engkau tidak sibuk."

Lalu, beliau melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Bekerja, shalat berjamaah, pergi ke pasar, bersepeda. Sendiri. Benar-benar sendiri. Mungkin beliau kesepian, puluhan tahun lamanya. Namun, beliau tidak mau mengakuinya di depan anak-anaknya.

Mungkin beliau butuh hiburan dan canda tawa yang akrab selayak dulu, namun sang anak mulai tumbuh dewasa dan sibuk dengan keluarganya.

Mungkin beliau ingin menggenggam tangan seorang bocah kecil yang dipangkunya dulu, 50-60 tahun lalu sembari dibawa kepasar untuk sekadar dibelikan kerupuk dan kembali pulang dengan senyum lebar karena hadiah kerupuk tersebut. Namun, bocah itu sekarang telah menjelma menjadi seorang pengusaha, guru, karyawan perusahaan; yang seolah tidak pernah merasa senang bila diajak oleh beliau ke pasar selayak dulu. Bocah-bocah yang sering berkata, "Saya sibuk...saya sibuk. Anak saya begini, istri saya begini, pekerjaan saya begini." Lalu berharap sang ayah berkata, "Baiklah, ayah mengerti."

Kemarin siang, saya sempat meneteskan air mata ketika mendengar penuturan dari sang anak. Karena mungkin saya seperti sang anak tersebut; merasa sudah memberi perhatian lebih, sudah menjadi anak yang berbakti, membanggakan orangtua, namun siapa yang menyangka semua rasa itu ternyata tidak sesuai dengan prasangka orangtua kita yang paling jujur.

Maka sudah seharusnya, kita, ya kita ini, yang sudah menikah, berkeluarga, memiliki anak, mampu melihat ayah dan ibu kita bukan sebagai sosok yang hanya butuh dibantu dengan sejumlah uang. Karena bila itu yang kita pikirkan, apa beda ayah dan ibu kita dengan karyawan perusahaan?

Bukan juga sebagai sosok yang hanya butuh diberikan baju baru dan dikunjungi setahun dua kali, karena bila itu yang kita pikirkan, apa bedanya ayah dan ibu kita dengan panitia shalat Idul Fitri dan Idul 'Adha yang kita temui setahun dua kali?

Wahai yang arif, yang budiman, yang penyayang dan begitu lembut hatinya dengan cinta kepada anak-anak dan keluarga, lihat dan pandangilah ibu dan ayahmu di hari tua. Pandangi mereka dengan pandangan kanak-kanak kita. Buang jabatan dan gelar serta pekerjaan kita. Orangtua tidak mencintai kita karena itu semua. Tatapilah mereka kembali dengan tatapan seorang anak yang dulu selalu bertanya dipagi hari, "Ke mana ayah, Bu? Ke mana ibu, Ayah?"

Lalu menangis kencang setiap kali ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.

Wahai yang menangis kencang ketika kecil karena takut ditinggalkan ayah dan ibu, apakah engkau tidak melihat dan peduli dengan tangisan kencang di hati ayah dan ibu kita karena diri telah meninggalkan beliau bertahun-tahun dan hanya berkunjung setahun dua kali?

Sadarlah wahai jiwa-jiwa yang terlupa akan kasih sayang orangtua kita. Karena boleh jadi, ayah dan ibu kita, benar-benar telah menahan kerinduan puluhan tahun kepada sosok jiwa kanak-kanak kita; yang selalu berharap berjumpa dengan beliau tanpa jeda, tanpa alasan sibuk kerja, tanpa alasan tiada waktu karena mengejar prestasi.

Bersiaplah dari sekarang, agar kelak, ketika sang ayah dan ibu berkata jujur tentang kita dalam igauannya, beliau mengakui, kita memang layak menjadi jiwa yang diharapkan kedatangannya kapan pun juga.